Selamat datang di IpediaVista Blog Media Pembelajaran Informatika

Rabu, 27 Januari 2010

Facebook, Mendekatkan yang Jauh, Menjauhkan yang Dekat





Membicarakan fenomena Facebook, atau si buku muka–istilah yang sering muncul belakangan, akhir-akhir ini memang kadang bisa menimbulkan bahan obrolan yang menarik, seru, bahkan lucu. Sekarang, siapa sih yang kenal internet tetapi tidak kenal dengan situs jejaring sosial yang satu itu? Kalaupun tidak memiliki akun di sana, paling tidak orang-orang yang rajin berselancar di dunia maya pasti pernah mendengar atau tahu akan keberadaannya.

Jika beberapa tahun lalu anak-anak muda Indonesia keranjingan Friendster, salah satu situs jejaring sosial yang pamornya cukup tinggi di negara-negara Asia, maka yang keranjingan Facebook sekarang bukan hanya anak-anak muda atau ABeGe saja. Dari kalangan remaja hingga orang tua semuanya punya ketertarikan yang sama akan media ini. Bahkan Ibu saya, yang saya tahu masih ‘gagap’ Internet dan cara membuka akun surat elektroniknya saja tidak mengerti, sempat-sempatnya bertanya-tanya perihal situs fenomenal ini.

Saking fenomenalnya jejaring sosial ini, beberapa saat yang lalu Facebook pernah jadi perbincangan hangat di negeri kita. Sampai pernah ada isu-isu soal Facebook yang akan dilabeli ‘Haram’. Semuanya tentu memiliki akar dan sebab. Dan menurut saya, hal itu sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari fakta bahwa begitu kuatnya pengaruh Facebook pada sebagian besar penggunanya. Sebagian.

Bagi saya pribadi, memiliki akun di situs jejaring sosial seperti Facebook bukan suatu keharusan. Tetapi seiring perkembangan zaman, layaknya beberapa tahun yang lalu dengan handphone, ternyata ada ketertarikan untukmemilikinya juga. Apalagi dengan fasilitas-fasilitas yang ditawarkan dan gratis pula.

Facebook helps you connect and share with the people in your life.

Itulah tulisan yang akan menyambut kita di halaman awal situs Facebook. Dari situ saja sebenarnya telah kelihatan jelas tujuan dari buku muka ini : membantu kita untuk berhubungan dan berbagi dengan orang-orang yang ada di hidup kita.

Manfaat Facebook yang satu itu memang jujur saya rasakan sejak awal-awal saya membuat akun. Saya bisa mengumpulkan teman-teman saya, bertukar kabar, dan berkomunikasi dengan cepat. Asal kita masih ingat nama rekan kita atau tahu alamat emailnya, kita dapat melacak orang tersebuk–jika dia memiliki akun juga, dan setelah resmi menjadi teman di situs itu kita dapat langsung saling menyapa seolah tidak terhalang jarak sama sekali. Banyak teman-teman saya jaman SD, SMP, yang bahkan saya sudah lupa-lupa wajahnya, bisa saya temukan lagi. Bahkan berkat ke’sakti’an FB, beberapa bulan yang lalu saya sukses menggelar reuni SMP saya.

Bukan sekedar bertukar kabar saja, kita juga bisa sharing foto–yang sering menjadi ajang lucu-lucuan komentar antara saya dan teman-teman, tetapi juga menulis notes, bermain games kecil untuk menghibur diri, dan masih banyak lagi.

Bagi saya, Facebook secara tidak langsung telah sukses mendekatkan yang jauh. Didukung inisiatif sang pengguna sendiri tentunya.

Tetapi kadang, virus Facebook ini juga membuat saya tertawa sendiri jika mengingat tingkah polah saya dan teman-teman dalam menggunakannya.

Saya memang lebih sering menggukan Facebook untuk berkomunikasi dengan rekan-rekan yang istilahnya jauh dari segi jarak, dengan kenalan-kenalan yang cukup kenal untuk bertegur sapa tetapi tidak cukup akrab untuk bertukar nomor ponsel, atau teman-teman satu tempat studi atau kelompok tertentu. Tetapi toh sering juga saya dan teman-teman yang begitu dekat masih saja menggunakan Facebook sebagai ajang berkomunikasi.

Saya dan seorang sahabat dulu misalnya. Tiap hari bertemu. Sms sering. Telpon tidak jarang. Masih sempat-sempatnya ngobrol di wall. Aduh! Hehehe. Dan ini tidak hanya terjadi pada saya dan sahabat saya yang memang sudah sangat dekat itu saja. Adaaa saja ternyata orang-orang yang melakukan hal-hal ‘kurang kerjaan’ seperti kami itu tadi. Teman saya yang lain misalnya. Yang bahkan mau ngobrol dengan teman satu kosannya saja lewat wall. Padahal jarak antar kamar mereka tidak begitu jauh.

Makanya tidak heran kalo saya bilang lagi, Facebook juga sukses menjauhkan yang dekat. Haha. Bukannya apa-apa, kadang saya bingung. Saya dan sahabat-sahabat saya yang tiap hari bertemu tadi misalnya, entah mengapa seolah-solah terasa ‘jauh’ jika bicaranya lewat Facebook.

Pernyataan saya yang terakhir itu memang cuma sekedar gurauan. Tetapi tidak ada salahnya juga kita melakukan evaluasi terhadap kebiasaan kita dalam menggunakan jejaring-jejaring sosial tersebut. karena pada dasarnya, segala sesuatu yang berlebihan itu kan tidak baik. Mari kita buat Facebook menjadi sarana yang sesuai dengan tujuannya : membantu kita berhubungan dan berbagi dengan orang-orang di hidup kita. Bukannya malah menjadikan ruang-ruang dan sekat-sekat sendiri di dalam kehidupan kita.



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

 
Template Copy by Blogger Templates | BERITA_wongANteng |MASTER SEO |FREE BLOG TEMPLATES