Selamat datang di IpediaVista Blog Media Pembelajaran Informatika

Sabtu, 02 Januari 2010

Mumpung masih muda menulislah





Masa remaja adalah fase pencarian jati diri. Karena itu, tak heran jika sebagian ABG sering bertingkah rada nyeleneh. Misalnya, berpenampilan ala pungky dengan celana super ketat, rambut disemir warna-warni, plus aksesoris rantai. Hampir setiap malam mereka nongkrong di pinggir jalan. Semua itu dilakukan semata untuk memancing orang-orang agar menaruh perhatian padanya.

Menulis salah satu pilihan cerdas bagi remaja dalam upaya mengaktualisasikan diri. Juga sebuah prestasi yang layak dibanggakan! Dengan menjadi penulis, remaja akan lebih pandai menghargai waktu. Daripada mabuk playstation, main games online, mending hari-harinya diisi untuk berkarya.
Kalau menulis sudah menjadi kegiatan yang mengasyikkan, insya Allah remaja bakal terhindar dari berbagai prilaku negatif seperti kebut-kebutan di jalan, apalagi mengonsumsi narkoba. Sebab, bagaimanapun daya nalar dan kreativitas merupakan andalan penulis, tentu si bersangkutan tak sudi otaknya digerogoti oleh benda laknat tersebut.

Dalam beberapa penelitian disebutkan, bahwa remaja itu rasa ingin tahunya terhadap segala hal sangat tinggi. Jika tidak diarahkan ke kegiatan positif, dikhawatirkan malah terperosok pada perbuatan menyimpang.
Sementara di tangan saya, rasa ingin tahu itu justru bisa menjadi modal awal buat menulis. Setelah tergelitik oleh suatu fenomena atau peristiwa di masyarakat, dia lantas tergugah untuk mendalami masalah dimaksud, entah lewat pengamatan maupun pengumpulan literatur.
Artinya, menulis itu mampu mengasah kepekaan dan kekritisan remaja. Kejadian apapun yang dilihat dan dirasakan di sekelilingnya dapat menstimulans dia untuk menawarkan pemikiran dan alternatif solusi.

Selain itu, menulis dapat pula menumbuhkan kecintaan remaja pada ilmu. Sebab, untuk bisa menghasilkan tulisan yang berbobot seseorang tak cukup hanya menimba ilmu di bangku sekolah, juga harus rajin membaca buku di perpustakaan maupun mendengarkan tausiyah di majelis taklim.
Intinya, cukup banyak manfaat yang bisa dipetik remaja andai dia jadi penulis. Bukan sekadar pengakuan eksistensi, kemampuan menulis dapat pula memuluskan cita-cita si bersangkutan di masa depan. Buktinya, sekarang ini beberapa lembaga pemberi beasiswa tak hanya mensyaratkan prestasi akademis, juga kepandaian menulis dengan melampirkan artikelnya yang pernah dimuat di media massa.

Terus Berkarya

Semakin cepat Anda memutuskan menekuni dunia kepenulisan, justru semakin baik. Sebab, keahlian menulis itu lebih banyak ditempa oleh pengalaman. Tak perlu menunggu mengantongi gelar sarjana dulu, baru timbul keinginan menulis.
Kendati usia Anda masih belia, jangan jadikan alasan untuk tidak menulis. Seorang penulis bukanlah sosok yang serba tahu. Segala keterbatasan bisa disiasati. Apalagi sekadar menulis artikel, untuk mendalami topik tertentu Anda bisa mengumpulkan bahan referensi dari perpustakaan atau internet.
Atau, kalau tidak mau repot buatlah karya fiksi yang lebih banyak mengandalkan imajinasi. Yang jelas, jangan biarkan masa muda Anda terbuang sia-sia. Sebagaimana pesan Rasulullah: jaga mudamu, sebelum tuamu.

Cukup banyak orang yang menyesal di usia senja hanya karena dulu di masa remajanya kurang pandai memanfaatkan waktu. Mario Teguh pernah mengingatkan, kalau masa muda Anda bermalas-malasan, maka di usia tua Anda harus bekerja keras. Sedangkan saat itu kemampuan Anda sudah serba terbatas.
“Kecil dimanja, muda foya-foya, tua kaya-raya, mati masuk surga” adalah ungkapan yang menyesatkan. Tidak ada orang yang terus-menerus bergelimang kenikmatan tanpa dibarengi cucuran keringat.
Contoh, Hilman Hariwijaya menulis cerita Lupus di usia relatif muda. Ketika teman-teman sebayanya kebanyakan menghabiskan masa remaja untuk berleha-leha, dia justru telaten mengasah kreativitasnya. Tak heran, jika kini Hilman hidup berkelimpahan rejeki.

Di era 80-an serial Lupus begitu digandrungi kalangan remaja. Ketika dibukukan terjual laris manis. Penghasilan yang diterima Hilman diperkirakan Rp 2.654.000.000. Itu belum termasuk bonus tambahan ketika karya monumentalnya tersebut difilmkan.
Bahkan sampai kini ia masih menerima royalti Rp 13 juta lebih per bulan. Kerja keras Hilman di masa muda menjadi investasi, sehingga di hari tuanya nanti dia tak perlu lagi takut kekurangan dari segi finansial.

Jika Anda ingin mengikuti jejak Hilman Hariwijaya, sekaranglah saatnya Anda buat berkarya, mumpung masih muda. Jangan tunda sampai besok, lusa, apalagi bulan depan — karena waktu tak pernah berhenti untuk menanti!



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

 
Template Copy by Blogger Templates | BERITA_wongANteng |MASTER SEO |FREE BLOG TEMPLATES