Selamat datang di IpediaVista Blog Media Pembelajaran Informatika

Sabtu, 26 Desember 2009

tentang aku dan cita-citaku

Saya pernah baca sebuah buku. Judulnya D O, karangan Arry Risaf Arisandi. Di buku tersebut ada tokoh namanya Jemi. Jemi ini merupakan mahasiswa semester tiga belas yang terancam di D O. Jemi menganut prinsip akan terus menuntut ilmu sampai ke liang kubur. Hahaha.. masih ada ternyata orang nyentrik seperti ini. Saat SD dulu, wali kelasnya pernah bertanya tentang cita-cita siswanya kelak. Ada yang menjawab ingin jadi guru, pengusaha, malahan ada yang pengen jadi tabib. Jemi sendiri ga ingin jadi apa-apa. “Kamu harus punya cita-cita, Jemi,” kata gurunya. ”Semua temanmu punya cita-cita. Agnes ingin jadi guru, dan Susi ingin jadi pengusaha seperti bapaknya. Kamu ingin jadi apa?”

“Sebelum nentuin cita-cita, boleh saya tanya dulu sama Susi?” tanyanya. Gurunya kelihatan bingung, tapi dia ngebolehin Jemi untuk nanya sama Susi. “Susi bapakmu pengusaha apa?” “Banyak, Jem. Pabrik semen, ekspor garmen, sama toko permen,” jawab Susi. “Kamu ingin jadi pengusaha sukses seperti bapaknya Susi?” Tanya gurunya. “Nggak kepikiran sama sekali,” jawab Jemi. “Lalu kamu mau jadi apa?” Tanya gurunya jengkel. “Jadi suaminya Susi!”

Hahaha.. konyol banget deh. Begitu malesnya mikirin tentang kehidupannya kelak, tokoh Jemi ini hanya ingin jadi suami dari anaknya pengusaha kaya. Boleh juga tuh ditiru, hahaha…. Tapi pertanyaan sederhana seperti itu membuat saya berpikir. Berpikir tentang apa yang akan saya lakukan kelak. Ga selamanya kan kita bisa terus bergantung ma kebaikan orangtua untuk menghidupi kita. Berpikir tentang ekspektasi orangtua terhadap kita. Sejenak saya merenung, apa artinya saya hidup, dan akan jadi apa saya kelak? Pertanyaan yang belum bisa saya jawab, pertanyaan yang saya tahu harus saya jawab kelak.

Kalau ngebahas tentang aku dan cita-citaku, jadi keinget masa SMA dulu deh. Waktu SMA saya pengen banget jadi penulis. Ga tau kenapa, tapi kayanya nulis tuh excited banget. Mungkin karena saya orangnya introvert, ga suka banget berbagi cerita kepada sesama, jadi yah segala unek-unek dituangin dalam kata-kata.

Waktu SMA dulu pernah bikin beberapa tulisan. Ha..ha..ha.. ceritain semua yang dialami dalam sebuah blog ternyata mengasyikkan. Emang sih ga bisa jadi ngetop kaya Raditya Dika, penulis Kambing Jantan, tapi paling ga sesuatu yang ngeganjel jadi lebih mudah disampaikan. Dari hal-hal sepele kaya ujian tadi tuh susah banget, sampe ke hal-hal yang sedikit prinsipil, yakni kenapa yah ngerjain ujian tuh susah banget. Ha..ha..ha..masa SMA dulu kayanya cuma fokus ma ujian mulu.

Waktu bikin tulisan tuh pikiran ga pernah ke konsep. Ga ada susunannya mengenai apa yang mau ditulis. Seinget kita aja kayaknya. Pernah waktu itu saya bikin sebuah tulisan tentang kekaguman saya terhadap seseorang. Saat nulis itu, saya hanya menuangkan apa yang saya pikirkan dan rasakan tentang dia. Semua hal yang ngebuat saya tuh ga pernah bisa menepikan unsur kehadirannya. Ha..ha..ha..tapi pas jadi tuh rasanya puaaaaaaaaassssss banget. Hal yang ngeganjel sebelumnya tuh seperti menguap begitu aja. Ga pernah deh kepikiran itu tulisan bagus atau nggak. Yang dipikirin tuh hanya ingin menyampaikan sesuatu yang ngeganjel dalam hati dan sanubari... halah....hehehehehe...

Suatu ketika tulisan yang saya buat di book file itu dibaca teman. Ga nyangka loh, ternyata kata mereka bagus. Malah ada yang nanya, tokoh-nya itu siapa. Ha..ha..ha.. Soalnya dalam tulisan itu ada kata-kata seperti ini “aku ingin hidup aku berbalur keindahannya, keanggunannya, kecantikannya, keseksiannya, dan ke-nya semuanya yang aku liat pada dirinya”. Malah sampai ada yang minta dibuat terusannya. Sepertinya mereka mulai terhanyut dengan tokoh-nya itu. Ternyata malah akhirnya saya yang terhanyut oleh tokoh-nya itu. Ha..ha..ha..

Saat SMA dulu, dalam pikiran kita tuh bukanlah menghasilkan sesuatu yang bagus. Kita hanya memikirkan apakah kita menyukai dalam melakukan itu atau tidak. Saat ini kita selalu diminta untuk menghasilkan tulisan yang bermutu, berkualitas, memiliki nilai, pokoknya tulisan itu harus mengandung teori dari sedikitnya tiga orang yang berpengaruh dalam bidang yang digeluti. Tau nggak, membuat tulisan yang seperti itu bikin bosen abis. Udah nulisnya membosankan, yang baca juga gampang bosan. Soalnya ga ada celah dalam tulisan itu yang bisa membuat kita refreshing pikiran.

Aneh ya..., semakin kita dewasa, semakin kita melupakan hal-hal yang membuat kita senang. Semakin kita melupakan mimpi-mimpi dan semua hal yang ingin kita wujudkan kelak. Yang saya tahu cita-cita dan pekerjaan yang akan digeluti kelak itu berbeda. Pekerjaan yang ingin saya lakukan kelak yakni menjadi editor film. Kenapa? Alasannya sederhana, karena saya tuh suka banget nonton, tapi yang berbau teknologi. Ha..ha..ha..

Terkadang orang suka berkata, “Jangan mimpi tinggi-tinggi. Ntar klo jatuh sakit banget loh”. Loh kenapa begitu? Ga ada salahnyakan menggantungkan cita-cita dalam sebuah mimpi. Toh klo ga pernah ada mimpi, kita juga ga akan pernah punya cita-cita. Ga ada salahnya juga mempertaruhkan masa depan dalam sebuah mimpi. Kalo kata William Arthur Ward, “Sesuatu yang dapat dibayangkan, pasti bisa diraih. Sesuatu yang bisa diimpikan pasti dapat diwujudkan.” Makna kata-kata tersebut tuh bagus banget. Dulu orangtua kita selalu bilang “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit”. Kalau sekarang mah “gantungkanlah cita-citamu setinggi langit-langit kamar.” Hahaha.. sama-sama langit, tapi maknanya kok jauh yah.....hahahahahaha......

Maksud saya, kalo kita punya sebuah cita-cita, impian, angan, dan harapan jangan pernah takut untuk berusaha meraihnya. Sekalipun orang sekitar dan alam tidak memahami apa yang menjadi pilihan kita, paling nggak ada hal berharga yang pernah kita lakukan sendiri. Jangan pernah takut gagal. “Orang yang gagal, adalah orang yang tidak pernah melakukan apapun“ kata Mario Teguh. Paling nggak, sekalipun gagal ada pelajaran yang bisa kita petik, dan kegagalan tersebut bisa menjadi sebuah story buat anak cucu kita kelak.

Terkadang ada orang yang takut untuk menyampaikan pendapatnya secara langsung, atau untuk berargumen dengan orang lain. Tulisan juga bisa mewakili kita untuk menyampaikan apa yang kita rasa. What do you feel now? Tapi ternyata banyak orang yang ngerasa bahwa mereka tuh ga bisa nulis. Yang ada hanyalah orang itu ga tau bahwa dia bisa menulis, atau bisa juga karena ga minat atau malesnya minta ampun. Seringkali saat diminta menulis mereka berargumen ga bisa bikin tulisan sebagus penulis-penulis tenar. Padahal bidang tulisan mereka sama loh.

Kenapa mereka selalu mengacu pada penulis terkenal. Mereka merasa harus menjadi orang lain. Harus menulis dengan gaya penulis besar. Harus sepintar mereka. Harus mempunyai pengetahuan yang sama dengan mereka. (jadilah diri sendiri hahahahahaha....:P)

Padahal menulis tuh sebenarnya asik. Disamping bisa menjadi olahraga jari yang jauh lebih bermanfaat dibanding sms (karena semua jari bekerja), bisa juga ngelatih kemampuan kita dalam menyampaikan sesuatu. Juga bisa menjadi mata pencaharian. Ga harus bikin sebuah novel atau text book yang best seller, tapi bisa juga jadi penulis lepas, penulis kronologis perjalanan, atau bikin artikel di majalah. Kalo kata temen saya, seorang akan lebih terfokus dengan apa yang dia lakukan, bila ia merasa menikmati apa yang ia lakukan.

Sekarang saya ingin menjadi seorang editor film. Menjadi editor film yang bekerja di Hollywood dibawah bimbingan langsung sutradara ternama, Steven Spielberg. Setelah lulus kuliah, yang saya harap bisa cepat terwujud, saya akan melanjutkan sinematografi di Pusdiklat TVRI. Setelah lulus, saya akan melanjutkan pendidikan ke Jepang atau negara Amerika untuk mempelajari animation graphic design. Dan setelah semuanya terwujud, pengen banget kembali ke negara tercinta ini untuk bekerja sama dengan calon istri saya yang bercita-cita menjadi sutradara film. Hahaha…

Menjadi penulis dan editor film? Rasanya menyenangkan deh kalau apa yang pernah kita tulis bisa diubah menjadi sebuah film. Ada semacam kebanggaan tertentu yang ga akan pernah bisa didapatkan dari pekerjaan lain. Bisa menyelami apa yang ada di pikiran, sekaligus flashback ke masa dimana kita bener-bener mengalami kejadian itu. Semacam nostalgia gitulah.

Kayak lagunya Mocca yang berjudul I Remember. Di situ ada lirik yang seperti ini “I remember, all the things that we shared and the promise we made, just you and i. I remember, all the laughter we shared, all the wishes we made upon the roof at dawn”. Bener-bener kayak mengenang masa lalu, dimana kita pernah ngebuat mimpi dan cita-cita bersama temen-temen dulu dan pengen banget mewujudkan semua impian itu. Dan kita mengenang semua kejadian itu dengan melihat sebuah film, dalam layar perak yang penuh dengan kemilau. Saat menyaksikan semua itu, kita akan merasakan sebuah perasaan haru yang hadir, entah darimana. Tapi yah sekali lagi, I remember.

Akhir dari tulisan ini hanya ingin menyampaikan, ga perlu takut bermimpi. Ga perlu takut gagal, atau ga dapet kerjaan setelah lulus. Ada lelucon klasik, orang yang ip-nya lebih dari 3 biasanya jadi dosen. Orang yang ip-nya 2 biasanya jadi pegawai. Dan orang yang ip-nya jelek justru jadi pengusaha karena ga diterima kerja dimana-mana. So, it’s show time!... aku pinter apa bodo ya....??? jiakkakakakaka....



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

 
Template Copy by Blogger Templates | BERITA_wongANteng |MASTER SEO |FREE BLOG TEMPLATES